Uniknya Ritual Potong Gigi di Pulau Bali
Seakan tidak henti-hentinya memancarkan pesonanya, Pulau Bali memang menjadi tempat terindah dan unik seantero nusantara. Tidak hanya pemandangan alam yang memukau. Melainkan juga perpaduannya dengan budaya dan tradisi yang eksotik dan penuh dengan nilai luhur yang tinggi.
Bali memang pulau penuh dengan ritual. Bagi masyarakat Bali, ritual menjadi ‘kawan’ mereka sejak masih berumur satu hari atau bahkan dalam kandungan. Beragam ritual memang manjadi keseharian masyarakat Bali dari mulai lahir hingga meninggal dunia. Salah satunya adalah ritual Potong Gigi atau yang dikenal dengan Metatah dalam bahasa setempat.
Upacara Metatah dimulai sejak pagi dengan ritual Ngajum Sekah di Merajan keluarga yang mengadakannya yang diiringi oleh kidung mantra yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga. Setelah ritual tersebut selesai, para juru sangging (pemotong gigi) siap dengan peralatannya. Mereka yang Metatah pun langsung mempersiapkan diri.
Selain kikir besi, ada juga saat Metatah juga perlengkapan lain yang dibutuhkan seperti batang tebu untuk mengganjal mulut, potongan kunyit, potongan dapdap, kelapa gading muda untuk bekas berkumur, air madu serta daun sirih. Semuanya memiliki arti dan fungsinya masing-masing. proses Metatah akan selesai saat gigi sudah terlihat bagus. Sebagai simbol mengakhirinya, mereka yang ditatah harus menggigit daun sirih.
Metatah pada dasarnya bukan memotong gigi dalam arti sebenarnya, melainkan dikikir. Upacara ini merupakan ritual keagaman yang wajib dilakukan oleh seluruh pemeluk agama Hindu di Bali. Upacara ini dilakukan dengan tujuan membunuh enam musuh dalam diri manusia yang dianggap kurang baik untuk hidup manusia nantinya.
Enam musuh dalam diri manusia tersebut pada dasarnya merupakan sifat-sifat dalam diri manusia atau Sad Ripu. Sad Ripu sendiri terdiri dari Kama yakni hawa nafsu, Loba atau ketamakan, Krodha atau kemarahan yang tidak dapat dikendalikan, Mada atau kemabukan, Moha atau kebingungan, serta Matsarya atau iri dengki yang menyebabkan permusuhan.
Metatah tidak pernah dilakukan hingga siang hari karena resiko yang cukup tinggi bagi mereka yang akan ditatah. Tak jarang terdengar kabar orang yang ditatah akan menjadi sakit, rontok gigi hingga meninggal dunia.
Setelah gigi selesai ditatah, orang yang ditatah akan berkumur dengan air kunir lalu bekas kumur akan ditampung pada sebuah kelapa gading yang biasanya dipegang oleh ibu kandung dari orang yang ditatah. Setelah itu, mereka pun diperciki oleh air Tirtha oleh saging sebagai simbol penyucian diri.
Lebih dari sekedar ritual ‘memperindah gigi’ , upacara metatah ini memiliki arti dan nilai luhur yang mendalam. Tidak heran ritual ini terus dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Upacara ini juga terus dilakukan meskipun biaya pelaksanaannya cukup tinggi.
photo courtesy of http://saminthailand.wordpress.com