Benteng Kedung Cowek – Saksi Bisu Perjuangan Hingga Akhir
Catatan sejarah perjuangan dalam pertempuran Surabaya 1945 seakan tidak ada habisnya jika digali lebih dalam. Jika kita mengenal istilah arek-arek Suroboyo pada masa pertempuran hebat itu, tentunya yang terbayang adalah pemuda pemudi Surabaya. Ternyata faktanya adalah tidak begitu, berbagai suku di Indonesia ikut bertempur di pertempuran Surabaya yang membuat Inggris kehilangan 2 Jenderalnya.
Dalam catatan sejarah, para pemuda mantan Heiho dan Gyugun yang berasal dari Sumatra ikut mempertahankan sebuah benteng yang juga merupakan gudang amunisi di kawasan pantai Surabaya. Tempat itu kini lebih dikenal dengan sebutan “Benteng Kedung Cowek” karena berada di daerah Kedung Cowek.
Pada mulanya Inggris tidak mengira bahwa pemuda – pemuda Indonesia dapat mengoperasikan senjata – senjata berat seperti meriam pantai yang terdapat di benteng ini. Mereka mendapat tembakan – tembakan yang terarah kepada kapal – kapal Inggris. Tentu saja para pemuda kita sudah cukup terlatih oleh Jepang semasa menjadi Heiho dan Gyugun.
Sekitar 60 orang pemuda ikut mempertahankan posisi pantai ini. Inggris pun membalas dengan bombardir dari meriam kapal. Hampir separuh dari pemuda pejuang kita gugur di tempat ini, sisanya bergabung dengan pasukan – pasukan lain yang terus bertempur hingga titik darah penghabisan dalam mempertahankan kota. Dari perjuangan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pasukan artileri Tentara Nasional Indonesia di kemudian hari.
Kondisi bangunan benteng ini cukup kokoh berdiri di sepanjang pantai kira-kira 1 Km. Kini di sebelah barat dari benteng ini dibangun sebuah jembatan yang menghubungkan Surabaya dan pulau Madura, yaitu jembatan Suramadu.
Pintu – pintu baja dan rel untuk memindahkan amunisi masih ada ketika saya berkunjung ke tempat ini. Namun sayangnya tempat ini belum dimanfaatkan sebagai tempat wisata atau rekreasi yang dikelola dengan baik sehingga dikhawatirkan suatu saat akan hilang begitu saja.