Benteng Somba Opu: Kota Internasional dan Getir Kekinian
Ironis selalu mengalahkan kita. Dalam keseharian, ironis menjelaskan fakta; merekam saat-saat. Apa yang terlihat sebagai kondisi terkini benteng Somba Opu adalah-salah satu-ironis itu: wisata budaya kelas satu yang kini terantuk batu. Andai ada lorong waktu yang menghantar kita ke masa kejayaan benteng ini, maka diperhadapkanlah kepada kita pemandangan takjub sekaligus duka cita raya. Benteng Somba Opu adalah nadi tanpa tanding keperkasaan kerajaan Gowa, yang akhirnya terbuai oleh ‘mesiu’ kepentingan dalam wujud peperangan maha dahsyat dan pengkhianatan yang menyayat.
Boleh dikata, orang-orang yang pernah mengunjungi Kota Makassar, baik sebagai turis domestik maupun asing, pasti tahu atau paling tidak pernah mendengar nama Somba Opu, meskipun nama ini kerap dimaksudkan pada ‘sepotong’ jalan di sudut kota Makassar yakni jalan Somba Opu: pusat perbelanjaan emas dan cinderamata khas Sulawesi Selatan, nama Somba opu cukuplah populer.
Sayangnya, banyak yang tidak tahu apa arti dan nilai, bahkan letak benteng Somba Opu yang sebenarnya. Diperuntukkan sebagai salah satu tempat tujuan wisata, benteng Somba Opu terletak di desa SOmba opu (dulu bernama desa Sapiria), Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa. Mengunjungi lokasi ini sangatlah mudah selain akses kendaraan umum mencapainya, letaknya juga tidak terlalu jauh dari pusat kota Makassar.
Kenangan terkadang digetirkan kekinian. Saat anda berada di lokasi ini, anda akan dihadang oleh keraguan dan mungkin tak percaya, jika tanah yang anda pijak dan reruntuhan tembok yang anda simak adalah bekas benteng yang tangguh, yang di dalamnya ada sebuah pusat kerajaan Maritim (ibukota kerajaan) yaitu kerajaan Gowa Makassar abad XVII. Somba Opu adalah salah satu kota internasional ketika itu.
Saat raja Gowa XI Mario Gau Daeng Bonto Karaeng Lakiung (Tunipalangga) berkuasa, beliau membangun Somba Opu sebagai kota perdagangan yang ramai, menjadi salah satu kota dagang utama di Asia Tenggara adalah masa keemasan yang dicapai oleh raja yang dikenal arif dan cendekia ini. Keberhasilan orang-orang Makassar dalam dunia maritim di Asia Tenggara yang berpusat di Somba Opu, menarik banyak pedagang; rempah-rempah dari Maluku, kain dari India, logam dan sutra dari Cina, perak dari Spanyol dan lada dari Sumatera dan Kalimantan. Peran dan kejayaan sebagai kota internasional inilah yang menggaung hingga ke Eropa, ‘mengundang’ Portugis, Inggris dan Belanda dengan VOC-nya
Berbentuk empat persegi, sebuah sisinya ada yang berukuran 2 km, sementara tinggi tembok lingkarannya mencapai 8 meter.Adapun ketebalannya rata-rata 12 kaki (3,6 meter). Di atas tembok lingkar inilah membentuk sebuah jalan, dimana laskar-laskar Gowa berbaris berkeliling, bertugas pada tembok sebelah barat dengan pandangan ke Selat Makassar. Di bagian sudut barat laut, terdapat sebuah selokoh (baluwara) yang disebut baluwara agung. Disinilah ditempatkan meriam dahsyat -yang terbesar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia- yang dikenal dengan nama “Meriam Anak Makassar”
Sebagai Culture Relic dari sisa pemukiman pantai pada abad XVI, situs Benteng Somba Opu dan lingkungannya oleh pemerintah provinsi Sulsel dibina dan dijadikan sebagai obyek wisata budaya. Di kawasan seluas 60 ha itu, ditempatkan beberapa bentuk bangunan rumah adat empat etnis utama yang mendiami Sulawesi Selatan (Makassar, Bugis, Mandar dan Tana Toraja). Di kawasan ini dilengkapi pula dengan pasar seni dan bangunan untuk pameran pembangunan yang permanen. Sayang, pemeliharaan dan pengelolaan kawasan ini terasa tidak optimal, mengingat kondisi aset daerah tersebut kini akrab dengan gelengan kasihan.
Meski tidak dipungut biaya untuk masuk ke kawasan ini, benteng Somba Opu -yang harusnya sangat bernilai tinggi- kini tergolek sepi. Padahal jika digarap dengan serius dan profesional dapat menjadi primadona sebagai pendulang fulus di sektor pariwisata. Kota internasional Somba Opu bukan mustahil dapat dihidupkan kembali dalam ‘rekaman-rekaman’ utuh, konstruktif bersejarah bersama sentuhan teknologi; berkolaborasi dengan budaya dan kepekaan masa silam, demi menghidupkan apa yang disebut penghargaan. Bentuk denah Benteng Somba Opu dapat dilihat pada logo pemerintah Provinsi Sulsel dan Semen Tonasa, karya seniman kondang Sulsel Ali Walangadi.
Ironis selalu mengalahkan kita. Kini kota internasional itu tak lebih dari sebuah desa kecil, muram; raut keperkasaan dan kejayaan tak lagi berdampak. Bagai Elang yang hilang kepak.
Comments
Benteng Somba Opu, Benteng kokoh nan jaya di zamannya.. Like this..
2 months agoBenteng Somba Opu,, riwayatmu kinii.. ckckckk
2 months agoMiriis..
Benteng Somba Opu ku yang dengan kepentingan financial riwayatnya kini di jual oleh pemerintahnya sendiri demi uang yang mengatas namakan modernisasi
2 months ago