Bergembira Bersama di Pesta Adat Sayyang Pattudu
Memang tidak ada habisnya jika kita mengulas tentang kebudayaan yang ada di bumi Bhineka Tunggal Ika yang kita cintai. Pasalnya, kemajemukan budaya di Indonesia lebih ditentukan oleh letak geografis Indonesia yang terbagi atas lima kepulauan utama dan lebih dari 15.000 pulau lainnya. Tak heran jika masing-masing pulau memiliki beragam suku. Ditambah lagi dengan perbedaan iklim dan struktur permukaan tanah tempat mereka tinggal.
Nah, salah satu suku yang memiliki perhelatan adat yang cukup unik adalah Suku Mandar yang mendiami Propinsi Sulawesi Barat. Masyarakat yang tinggal di Propinsi yang baru terbentuk pada 2005 ini kerap menggelar pesta ada bertajuk Sayyang Battudu, yang berarti Kuda Menari. Upacara ini diselenggarakan sebagai ucapan rasa syukur anak-anak suku Mandar yang telah khatam atau tamat membaca Al-Quran. Menurut masyarakat Sulawesi Barat, khatam Al-Quran ini adalah sesuatu yang teramat istimewa dan patut di syukuri lewat pesta yang digelar bertepatan dengan bulan Maulid/Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah ini.
Semalam sebelum puncak acara Sayyang Pattudu, rumah anak-anak yang telah tamat membaca Al-Quran akan disemarakkan oleh lantunan ayat suci Al-Quran, temabng-tembang Qasidah serta tetabuhan rebana. Dan di pagi harinya rombongan warga berbondong-bondong menuju masjid atau surau sambil membawa wadah berbentuk segi empat yang tebruat dari batang bamboo alias balasuji berisikan pisang, kelapa, gula merah, beras dan kue tradisional lainnya.
Pada acara puncak, anak-anak yang telah tamat membaca Al-Quran atau disebut to tamma akan menunggangi kuda yang telah diberikan hiasan dan diarak keliling desa. Rimbongan ini akan berjalan sembari diiringi oleh tetabuhan rebana dan pantun khas Mandar yang dibacakan oleh pakkaling dada saling bersahutan sambil ditemani oleh pissawe (pendamping).
Ada peraturan baku yang telah dijalankan secara turun temurun oleh suku Mandar. Saat berada di atas kuda, peserta harus duduk dengan satu kaki ditekuk ke belakang dengan lutut menghadap ke depan. Sedangkan kaki yang lain terlipat dengan lutut menghadap ke atas dan telapak kaki berpijak pada punggung kuda.
Berminat menyaksikan upacara ini? Segera arahkan kendaraan Anda menuju ke desa Karama yang berjarak sekitar 52 km dari ibukota kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Comments
Lestarikan terus kebudayaan Indonesia!
8 months ago