Borobudur, Mahakarya Indonesia Untuk Dunia
Dari beragam pesona alam serta kekayaan budaya yang bersemayam di bumi nusantara, Indonesia memiliki satu simbol kemewahan budaya serta sejarah yang berpadu dengan harmoni alam yang menakjubkan. Bahkan kemegahannya diakui di dunia sebagai warisan budaya yang menjadi primadona dan kebanggan bangsa Indonesia.
Itulah Borobudur, sebuah candi Budha yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. Terletak di sebelah barat Daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta, Candi Borobudur seakan bersinergi dengan alam Indonesia dan menghasilkan kemegahan serta kemewahan berlapis budaya serta sejarah yang amat kuat.
Menurut cerita, Candi Borobudur berasal dari kata Sambharabhudhara yang berarti “gunung” (budhara) di mana lereng-lerengnya terletak di teras-teras. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, seorang sejarawan bernama J.G de Casparis dalam disertasinya mengatakan bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan.
Borobudur sendiri diperkirakan didirikan oleh raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratunga pada sekitar tahun 824 M. Diperkirakan pembangunan Borobudur memakan waktu setengah abad dan selesai hingga masa putrinya yakni Ratu Pramudawardhani. Casparis juga memperkirakan bahwa Borobudur pada awalnya bernama asli Bh?mi Sambh?ra Bhudh?ra yang berarti “Bukit Himpunan Kebijakan Sepuluh Tingkatan Boddhisattwa.
Bangunan Borobudur memang berbentuk punden berundak yang terdiri dari 10 tingkatan. Tingginya yang mencapai 42 meter (sebelum direnovasi) membuat bangunan ini terasa megah dan kokoh berdiri ditengah panorama alam yang mengaggumkan. Enam tingkatan paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat diatasnya berbentuk lingkaran. Satu tingkat tertinggi berupa stupa Buddha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia yang sesuai dengan mahzab Budha Mahayana.
Setiap tingkatan dilapisi dengan relief-relief indah yang penuh dengan makna dan arti masing-masing. Relief tersebut akan terbaca secara utuh searah jarum jam. Tiap reliefnya bercerita tentang suatu kisah legenda seperti Ramayana. Di sisi lain juga menceritakan tentang kondisi masyarakat saat itu seperti relief kapal layar yang melambangkan kemajuan pelayaran yang berpusat di Bergotta (Semarang).
Selain relief yang mencerminkan cerita serta ajaran Budha, Borobudur juga dipenuhi dengan patung budha dalam berbagai bentuk dengan arti dan makna yang terkandung didalamnya. Patung Budha tersebut diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Semakin tinggi tingkatannya, maka patung Budha tersebut akan semakin berkurang jumlahnya. Setidaknya terdapat 504 arca Buddha pada tingkatan Rupadhatu serta Arupadhatu.
Dibalik kemegahan dan juga kemewahan yang berlapis budaya dan sejarah yang kental, Borobudur juga masih merupakan sebuah misteri sejarah dan budaya yang masih digali oleh para Antropolog di seluruh dunia. Bukan sekedar warisan budaya atau pun sejarah. Borobudur juga tempat bersemayamnya ilmu dan juga kearifan para leluhur yang penuh kebijaksanaan dan pesan moral yang tinggi nmelalu setiap jengkal relief di setiap tingkatannya.