Candi Gunung Kawi, Bukti Kehebatan Warisan Leluhur
Berbeda dengan candi-candi lainnya, di Kabupaten Gianyar, Bali sebuah candi tidak dibuat dari susunan batu layaknya candi pada umumnya. Candi yang bernama Candi Gunung Kawi atau Candi Tebing Kawi ini terdapat di dinding batu padas di tepi sungai sebagai rumah ibadat masyarakat Hindu.
Candi unik yang satu ini memang merupakan salah satu peninggalan purbakala yang ada di Indonesia. Dibuat dengan cara dipahat dan dibentuk menyerupai dinding, candi ini memang unik dan berbeda dengan candi lain yang pernah ada di bumi nusantara.
Nama Gunung Kawi pada dasarnya berasal dari bentuk candi tersebut. Kata Kawi berasal dari kata pahatan, sehingga nama Gunung Kawi memang menyiratkan bentuk candi yang unik. Candi Gunung Kawi sendiri pertama kali ditemukan oleh peneliti Belanda sekitar tahun 1920. Menurut ahli arkeologi, candi ini telah dibuat dari abad ke-11 masehi yang diperkirakan sejak pemerintahan Raja Udayana hingga pemerintahan Anak Wungsu.
Candi Gunung Kawi memang memiliki pesonanya tersendiri. Dari tubir Sungai Pakerisan disekitaran candi, pengunjung harus menuruni sejumlah anak tangga yang berjumlah 300-an. Jalan tersebut diselimuti dengan suasana asri yang nampak dari pepohonan rimbun di tepi sungai. Selain itu, gemericik air sungai seolah menyambut pengunjung menuju ke Candi Gunung Kawi ini.
Terdapat dua komplek percandian yang dipisahkan oleh aliran Sungai Pakerisan. Komplek candi pertama terletak di sebelah barat sungai yang menghadap ke timur. Komplek ini memiliki empat buah candi. Sementara komplek candi kedua berada di sebelah timur sungai dan menghadap ke barat. Komplek candi kedua memiliki 5 buah candi yang dilengkapi dengan kolam pemandian serta pancuran air.
Mengunjungi Candi Gunung Kawi, pengunjung akan dibuat takjub dengan pemandangan dinding-dinding batu cadas yang terpahat rapi membentuk candi-candi yang unik. Beragam ruang serta lengkungan tertata rapi di dinding batu seolah menjadi bukti kepiawaian para leluhur.
Keunikan juga terdapat di komplek candi sebelah barat. Terdapat semacam ruangan pertapaan yang dipahat di dalam tebing kokoh. Di dalamnya juga dilengkapi dengan pelataran, ruangan kecil seperti kamar serta jendela dan lubang sirkulasi udara dan sinar matahari. Hal ini membuktikan betapa para leluhur telah memiliki pemikiran dan kemampuan yang luar biasa. Ruangan-ruangan tersebut seringkali digunakan untuk meditasi para pendeta dan tokoh kerajaan.
Selain sebagai tempat peribadatan, komplek Candi Gunung Kawi juga dibuat sebagai tempat persemayaman Raja Udayana dan anak-anaknya. Namun dalam hal ini makna persemayaman hanya berarti simbolis karena makan Raja Udayana dan anak-anaknya tidak benar-benar ada di komplek candi ini. Tidak heran jika suasana candi begitu hening dan hikmat serta sejuk. Hal ini dimaksudkan agar para pengunjung mendapatkan ketenangan batin yang mendalam.
Comments
Terus lah jaga warisan leluhur!!
8 months agocandi sbg warisan situs mmg sudah sepantasnya dijaga utk kepentingan history dan education
5 days ago