Di Merapi Kehidupan Sedang Kembali
Merapi bukan hanya misteri, tapi lebih daripada itu memikat hati. Belum lama peristiwa letusan itu berlalu. Kala itu berita di TV dipenuhi pilunya warga di sekitar Merapi. Bentuknya tak terlalu besar dan tinggi, tapi keperkasaannya mampu memikat dunia untuk memahaminya.
Yang disisakan Merapi kala itu bukan hanya tangis dari mata yang telah mengering. Tak cukup harta benda dan rumah warga, ratusan nyawa pun melayang. Ketakutan mencekam. Semua mencari tempat berlindung yang aman.
Tapi Merapi mengambil satu yang terlalu berharga. Mbah Maridjan, sang juru kunci meninggal dilibas lahar. Tak cukup bencana panas Merapi, bajir lahar dingin pun meyisakan tangis dan kehilangan.
Tetapi, jangan menangisi alam. Jangan mengatakan alam telah mati. Bagi alam semua itu sekadar cara mengandung kehidupan. Kelahiran kehidupan tinggal perlu dinanti. Maka, sekarang lihatlah Merapi. Dulu semua dipenuhi pasir lahar yang kering. Tapi kehidupan berlahan terlahir kembali. Tumbuhan bersemi, semak melambai, jangkrik, kupu-kupu, dan belalang mulai berkeriap di sana-sini, di suasana dinginnya pegunungan Merapi.
Dan, tak hanya itu. Bukan hanya kepedihan dan kenestapaan korban Merapi seperti waktu peristiwa meletus itu yang mengundang keprihatinan. Merapi kini seakan mengundang hati. Bukan simpati dan belas kasih seperti kala itu, tapi kekaguman dan ketakjuban. Di Merapi sedang terjadi kelahiran kembali. Tak salah kalau peristiwa kelahiran itu pantas dirayakan. Kelahiran disambut dengan keceriaan, syukur, dan keheranan. Kini, banyak orang datang untuk melihat lahirnya kehidupan di Merapi. Entah sanak saudara di sekitar Merapi atau entah dari mana mereka berasal.
Terekam di sana, bukan lagi tangis dan nestapa, tapi perayaan kehidupan. Warung-warung berjajar rapi, tukang ojek, dan para tamu saling bercengkrama. Aneka makanan tradisional ditawarkan. Tak lengkap bila ke sana tanpa mencicipi jadhah dan tempe bacem. Makanan tradisional yang mengingatkan sisi ironis Merapi.
Bukan hanya kelahiran yang pantas dirayakan. Kematian pun kini rayakan di Merapi. Mbah Maridjan sebagai sang pahlawan meninggalkan kenangan akan kesetiaan melaksanakan tanggung jawab. Para relawan yang melepas kehidupan untuk menyelamatkan nyawa penduduk waktu bencana menjadi pengingat bahwa kehidupan amat begitu berarti. Bukan karena kehidupan itu difoya-foyakan, namun karena kehidupan itu diabdikan bagi berlangsungnya kehidupan. Di Merapi, tepatnya Kinahreja, Cangkringan, semua itu terpatri.
Di Merapi, kini kita saksikan kehidupan yang perlahan sedang kembali. Di sana telah direkam rajutan indah kebersamaan, kasih, persahabatan antarmanusia, juga tatkala kehidupan berada diambang kematian dan manusia berasa begitu kecil di hadapan alam. Dan, derita, kehancuran, kematian, kini menjadi kenangan yang dirayakan, memberi kekuatan untuk melangkah ke depan. Merapi: kobaran api itu terus menyulut sanubari insan-insan yang berkunjung di kaki Merapi.
Comments
Ingat mbah maridjan . Semoga masyarakat di merapi kembali bangkit.
8 months ago