Gudang Senjata Terbesar Jaman Perang Kemerdekaan
Kisah perjuangan dalam mempertahankan kemerdakaan Indonesia tidak bisa lepas dari pertempuran Surabaya, yang merupakan pertempuran besar yang tidak bisa dihindarkan ketika itu. Pasukan British Indian yang merupakan pasukan berpengalaman dalam pertempuran di Afrika pada masa perang dunia ke-2, akhirnya mengibarkan bendera putih tanda menyerah kepada arek-arek Suroboyo. Pasukan itu nyaris dihabisi dalam pertempuran 3 hari.
Dari kisah itu bisa dibayangkan bahwa laskar-laskar rakyat, Badan Keamanan Rakyat dan Polisi Istimewa tidaklah hanya bersenjatakan bambu runcing saja. Namun menggunakan peralatan tempur yang cukup lengkap. Polisi istimewa, para mantan Peta dan Heiho bersama-sama dengan rakyat mendapatkan persenjataan dari gudang-gudang senjata Jepang, baik dengan cara paksa maupun cara negosiasi.
Beberapa waktu lalu saya dan beberapa teman pecinta sejarah dari komunitas Roodebrug Soerabaia mendatangi salah satu gudang senjata terbesar yang ada di Jawa, yaitu gedung Don Bosco yang terletak di jalan Tidar.
Gedung ini adalah gedung panti asuhan yang cukup besar dengan menempati tanah yang cukup luas. Terletak tidak jauh dari depo tram Sawahan, sehingga jalan ini kemudian menjadi jalan raya yang ramai.
Pada tahun masa pendudukan Jepang gedung ini dijaga oleh satuan Kaisutiro Butai pimpinan Mayor Hazimoto dengan personil 16 orang tentara jepang, 1 peleton Heiho dan 150 orang karyawan sipil, dan dari karyawan sipil inilah informasi tentang penyimpanan gudang senjata ditempat ini tersebar. Yang kemudian direbut oleh para pemuda pejuang Surabaya.
Ketika tentara Jepang menguasai tempat ini, para pengurus dan anak-anak di panti ini terpaksa mengungsi ke tempat – tempat penampungan lain. Antara lain adalah sekolah St.Louis di jalan Dr.Sutomo (Coen Boulevard) dan beberapa tempat lain di sekitarnya. Anak-anak yang masih memiliki kerabat dititipkan kepada keluarganya.
Dari tempat inilah ribuan persenjataan milik Jepang beralih tangan kepada para pejuang kita. Beberapa gerbong kereta dipenuhi senjata dari tempat ini dan dikirim ke Jakarta dan daerah lainnya untuk membantu perjuangan.
Pada waktu pembuatan film Soerabaja 1945 – Merdeka Atau Mati, gedung ini juga digunakan sebagai salah satu settingnya. Tentunya harus banyak dilakukan penyesuaian dengan aslinya. Bunker – bunker perlindungan ataupun gudang sudah tidak ada lagi, kini sudah menjadi taman di halaman kompleks seluas 4.5 hektar ini. Di kemudian hari, pemerintah menyatakan gedung ini sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi.
Foto : Bagus Kamajaya
Foto Tempo Dulu : Koleksi Panti Asuhan Don Bosco