Harmoni Sasando Rote, Harmoni Indonesia
Indonesia kaya akan keragaman budaya yang mengagumkan, salah satunya adalah alat musik khas dari Pulau Rote yakni Sasando Rote. Alat musik petik yang mirip gitar dan kecapi ini sudah ada sejak abad ke 15. Kata Sasando itu sendiri berasal dari kata Sasandu yang berarti bersemangat. Bagian utama dari alat musik ini berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu. Sasando memiliki media pemantul yang terbuat dari daun Pohon Gebang yakni pohon sejenis lontar yang biasanya banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote. Daun ini dilekuk setengah melingkar dan menutupi setengah bagian tabung tadi.
Daun Gebang tadi melingkar di bagian tengah Sasando dari atas ke bawah. Serta diberi beberapa ganjalan dimana senar direntangkan dari atas ke bawah tabung. Ganjalan inilah yang memberikan nada yang berbeda pada setiap senar ketika dipetik. Bunyi yang dihasilkan pun sangat unik jika dibandingkan alat musik petik lainnya. Hal ini dikarenakan alat musik ini memiliki 28 senar. Oleh karena itu, tidak sembarang orang bisa memainkan alat musik ini. Bahkan beberapa jenis lain seperti sasando dobel memiliki 56 senar atau sampai 84 senar. Sasando ini sebenarnya lebih mirip dengan alat musik harpa karena dipetik dengan dua tangan.
Berawal dari abad ke 15 ketika seseorang ditangkap oleh seorang raja bernama Taka La’a. Pemuda yang ditangkap disebuah pulau kecil bernama Pulau Dana (dekat dengan Pulau Rote) itu bernama Ana Sangu. Dia ditangkap bersama kawannya bernama Mankoa saat menangkap ikan di Pulau tersebut. Dalam tahanannya, ternyata Sangu jatuh cinta kepada Tuan Putri yang merupakan anak dari Raja Taka. Untuk menghibur Putri, Sangu yang juga seorang seniman membuat alat musik sasando untuk dimainkan tiap bulan purnama yang dipersembahkan untuk sang Putri. Namun, Raja Taka pun mengetahui kisah percintaan mereka dan langsung membunuh Sangu hingga tewas.
Ternyata kawan Sangu, Mankoa berhasil lolos dan menuju ke Nusa Ti’i dan melaporkan peristiwa tersebut ke anak Sangu bernama Nale Sangu. Mendengar kabar tersebut Nale Sangu langsung membalas dendam dengan membawa pasukan untuk menyerbu Pulau Dana. Tidak ada yang tersisa di Pulau Dana tersebut kecuali alat musik milik Sangu yakni Sasando. Oleh karena itu Nale Sangu menjaga alat musik tersebut sebagai benda peninggalan ayahnya. Banyak versi yang cerita yang berbeda-beda yang dianggap sebagai sejarah Sasando Rote. Namun demikian hal tersebut bukan menjadi perdebatan bagi masyarakat sekitar. Karena Sasando Rote bukan hanya sekedar alat musik tapi sudah menjadi kebanggaan Masyarakat Pulau Rote.
Seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan juga Sasando listrik. Sasando jenis ini tidak dilengkapi dengan daun gebang sebagai media resonansinya. Selain itu ada juga jenis yang daun gebang yang dapat dilipat sehingga mudah dibawa kemana-mana. Sasando Rote bukan hanya sebagai kebanggaan masyarakat Pulau Rote tetapi juga menjadi kebanggan bangsa Indonesia. Oleh karena itu jelas alat musik ini patut dan harus dilestarikan karena kunikan dan keindahan suara yang dihasilkan. Sehingga masyarakat dunia dapat mengenal Indonesia yang harmonis dan beragam seperti harmoni yang dihasilkan dari Sasando Rote ini.
Comments
Beta mau ralat sedikit kata yang ditulis di atas yaitu mengenai wadah gema suara yang ditulis adalah berasal dari Daun Gebang atau Gewang (bahasa Kupang. Dari dahulu hingga sekarang ini gema suara SASANDO ROTE oleh orang Rote tidak pernah dibuat/memakai Daun Gebang (Gewang) melainkan dari Daun LONTAR.Demikian kami jelaskan agar tidak terulang lagi lain kali. Trims ya…Drs.Simon Arnold Julian Jacob- Jln.Jambon I No.414J RT.10 – Rw 03 – Kricak – Jatimulyo – Jogjakarta. Telp.0274.588160 – HP.082135680644.
3 months agobenar2 bangga dengan semua instrumen musik tradisional kita.. semua memiliki nilai yang tinggi
2 weeks ago