Jonathan Pradana Mailoa, Jawara Fisika
Nama Jonathan Pradana Mailoa mungkin terasa asing ditelinga orang Indonesia. Tapi siapa sangka pemuda berumur 21 tahun itu berhasil menyabet prestasi yang sangat prestisius di Olimpiade Fisika Internasional ke-37 di Singapura pada tahun 2006. Lewat Jonathan, Indonesia tidak hanya diangkat namanya dimata dunia Internasional. Melainkan juga Indonesia berhasil mengakhiri penantian panjang selama 13 tahun untuk meraih predikat juara dunia pada kompetisi fisika paling prestisius seantero jagat.
Tidak hanya itu, pemuda kelahiran 20 September 1989 ini juga menyabet gelar “The Absolute Winner” dalam kompetisi tersebut dan berhasil mengalahkan 386 pemuda peserta kompetisi ini dari 83 negara di dunia. Ia juga sekaligus meraih medali emas “The Best ASEAN Student” serta dinobatkan sebagai “The Best Experiment Result” (Peserta dengan kemampuan terbaik dalam bidang pernguasaan eksperimen fisika).
Pada International Phisics Olympiad (IphO) ke-37 yang diselenggarakan di Singapura pada 8-17 Juli 2006, Jonathan berhasil meraih medali emas dengan nilai tertinggi dalam ujian teori (29,70) dan eksperimen (17,10). Dia berhasil mengungguli saingan utamanya dari China yakni Yang Suo Long yang meraih angka 29,60 untuk teori dan 16,45 untuk eksperimen.
Meraih gelar Juara Dunia pada Olimpiade Fisika memang bukan perkara mudah. Pasalnya, Jonathan harus melewati masa karantina selama delapan bulan di TOFI yakni sebuah pusat pelatihan tim Olimpiade Fisika Indonesia di Karawaci, Serpong Banten. Dua Bulan terakhir menjelang IPhO, peserta karantina belajar lebih intensif.
Di pusat pelatihan Olimpiade pimpinan Prof. Yohanes Surya ini para peserta karantina digembleng dengan beragam soal latihan olimpiade yang jika disetarakan adalah soal yang sama untuk riset Ph.D . Latihan soal pun harus dilakukan setiap hari dengan intensif. Tapi memang usaha Jonathan tidak sia-sia. Dia berpendapat soal-soal latihan yang diberikan pada saat karantina sangat membantu dirinya untuk bisa meraih gelar “the Absolute Winner” tersebut.
Jonathan mengaku kemenangan yang ia dapatkan adalah sebuah keberuntungan selain memang buah kerja keras dia selama ini. Ia pun merasa puas karena berhasil menjadi bintang di negeri orang. Hal tersebut dianggap membutuhkan kerja keras dan prestise yang tinggi. Namun, meskipun sudah meraih gelar juara dunia. Jonathan tetap rendah hati. Pada saat itu, ia terus melanjutkan studinya di SMK1 BPK Penabur Jakarta dan terus belajar demi meraih cita-citanya sebagai fisikawan kelas dunia.
Dengan prestasi yang berhasil ditorehkan Jonathan, bangsa Indoneswia patut bangga dan mengapresiasi prestasi Jonathan tersebut. Karena ternyata banyak sekali bibit potensial dan berprestasi dari bumi nusantara yang siap berjuang demi mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Comments
walau tak semeriah olimpyade olahraga, beberapa kali peserta olympiade fisika, matematika dan ilmu esakta lainnya Indonesia mampu bicara banyak dengan menadali emas yang dibawa pulang. namun sayang penghargaan bagi putra-putri terbaik ini masih minim tak semeriah dengan reward yang menang dalam olimpiade olah raga.Tapi ini yang membuat kita tetap bangga dengan SDM-SDM bangsa Indonesia.
6 months ago