Liem Swie King, Maestro Bulu Tangkis Indonesia
Indonesia pernah berjaya di arena bulu tangkis pada dasawarsa 1970 dan 1980an. Sebelum Susi Susanti, Alan Budi Kusuma dan kawan-kawan lain memperjuangkan Indonesia didunia bulu tangkis Indonesia, Liem Swie King sudah menjadi garda terdepan memperjuangkan nama Indonesia di kancah Internasional. Usahanya pun berbuah manis, beragam kejuaran dan kompetisi Internasional bulu tangkis berhasil diraih oleh Indonesia di tangan anak bangsa yang satu ini.
Liem Swie King adalah pebulu tangkis yang menjadi andalan Indonesia pada eranya. Lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956 silam, King, begitu sapaan dari pebulutangkis ini menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di Final All England 1976 di usianya yang baru menginjak 20 tahun. Kemudian sejak saat itu, King terus melaju pesat dengan menjadi pewaris kejayaan Rudy Hartono di kejuaraan tersebut. Tercatat Liem Swie King telah tiga kali menjadi juara dan empat kali menjadi finalis di kejuaraan badminton paling bergengsi tersebut.
Prestasi tersebut ternyata belum seberapa bagi pebulutangkis yang terkenal dengan jumping smash nya yang mematikan, dilaga lain King juga terus berprestasi dengan meraih gelar kemenangan puluhan kali. King juga turut menyumbang medali emas di ajang Asian Games di Bangkok pada tahun 1978. Tercatatat sudah enam kali King membela tim Piala Thomas dengan tiga diantaranya menjadi juara.
Sejak kecil Swie King sudah gemar bermain bulu tangkis , bakatnya semakin terasah ketika ia masuk di salah satu klub yang telah banyak melahirkan para pemain nasional. Perjuangannya dibuktikan pertama kali ketika Swie King meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah. Pada tahun 1972. Di usia 17 tahun ia menjuarai Pekan Olahraga Nasional. Setelah itu karirnya terus menanjak dengan direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih kemenangan di Kejuaraan Nasional pada tahun 1974 dan 1975.
Setelah 15 tahun berkiprah untuk membela nama Indonesia di dunia Internasional, King merasa telah cukup dan memutuskan untuk menggantung raket pada 1988. Selama berkiprah, sudah banyak prestasi yang telah ia raih baik domestik maupun Internasional.
Setelah pensiun, ia pun mulai berbisnis untuk melanjutkan hidupnya. Selain itu Swie King juga aktif di pelbagai kegiatan sosial dengan aktif memperjuangkan runtuhnya sekat diskriminasi di Indonesia bersama para mantan pebulu tangkis dunia dari Indonesia lainnya. Ia berharap, dengan prestasi yang telah ia raih dari bulutangkis baik nasional maupun internasional juga dapat berpengaruh untuk mempercepat berlangsungnya proses asimilasi serta integrasi di Indonesia. Itu semua dilakukan demi cita-citanya untuk dapat melihat tanah air yang harmonis, berbudaya dengan segudan prestasi didalamnya