Losari Landmark Makassar
Menyebut kata sunset dan pisang epe’, yang teringat di kepala pasti satu tempat. Satu tempat yang mengiring langkah kita untuk memijaknya. Apalagi kalau bukan pantai Losari.
Losari tidak bisa dilepaskan dari Kota Makassar. Jika berkunjung ke Makassar tanpa menginjakkan kaki ke Losari, ibarat makan sayur tanpa garam, Hambar ! Siapapun takkan pernah meninggalkan jejak tanpa mengunjungi pantai yang menjadi landmark ibukota Provinsi Sulawesi Selatan ini.
Pantai yang terletak di sebelah barat Makassar ini memiliki beribu pesona yang menarik wisatawan untuk berkunjung. Pesona yang paling menyilaukan adalah menyaksikan detik-detik terbenamnya matahari sambil menikmati hembusan angin laut. Konon kabarnya, sunset (matahari terbenam) di pantai Losari adalah salah satu yang terindah di Indonesia, bahkan di dunia. Hal ini terbukti dengan tidak pernah sepinya Losari dari kunjungan manusia. Terlebih di sore hari, pengunjung dari berbagai lapisan umur datang memenuhi pinggiran pantai hanya untuk sekedar melihat betapa indahnya matahari terbenam.
Julukan sebagai restoran terpanjang di dunia pernah disandangnya. Dulu berbagai warung yang menjajakan beragam makanan menghiasi sepanjang lebih dari satu kilometer. Mulai dari makanan tradisional sampai dengan makanan ala Eropa pernah dijajakan di pantai yang berada di jalan Penghibur ini.
Makanan yang paling terkenal dan sering diidentikkan dengan Losari adalah pisang epe’. Makanan khas yang dibuat dari pisang bakar dan diberi siraman gula merah yang telah dicampur dengan kelapa parut ini telah memberi nilai tambah bukan hanya bagi Losari tapi juga bagi Kota Makassar,
Losari merupakan “taman hiburan” terpanjang dan termurah yang dapat ditemui di Makassar. Betapa tidak, siapa saja dapat menikmati keindahan laut dan sunset tanpa membayar sesenpun, cukup memarkirkan mobil di bahu jalan dan kita sudah dapat memandang keindahan laut lepas yang cukup cantik. Fasilitas beribadah juga disediakan dengan dibangunnya mesjid terapung, sehingga saat shalat serasa shalat di tengah laut.
Ketika senja menjelang, pelancong mulai berdatangan. Ada yang menggunakan mobil, motor, becak, sepeda bahkan hanya berjalan kaki. Mereka datang dengan satu tujuan, yakni menyaksikan sunset sambil duduk di tembok tanggul atau di atas kendaraan. Begitu sunset berlalu, keadaan Losari tidak lantas sepi. Bagi beberapa kalangan tenggelamnya matahari di ufuk barat bukanlah merupakan akhir tapi malah merupakan awal bagi mereka untuk melakukan berbagai kegiatan.
Ada pasangan muda-mudi yang saling memadu kasih. Ada keluarga yang membawa serta anak-anak untuk menikmati hembusan angin laut di Losari. Ada pula wisatawan yang asyik berjalan-jalan atau menikmati keindahan Losari di atas roda tiga.
Bukan hanya pada saat weekend saja Losari sesak dengan manusia, tetapi pantai ini mencapai puncak keramainnya pada saat malam pergantian tahun tiba. Maklum saja, Losari selalu menjadi pusat perayaan malam tahun baru. Masyarakat dari segala penjuru kota akan tumpah ruah memenuhi jalan raya untuk menantikan fajar pertama yang menyingsing di tahun baru. Berbagai hiburan musik disuguhkan kepada masyarakat hingga menjelang pagi. Tidak ketinggalan pula pertunjukan kembang api yang memukauribuan pasang mata.
Losari merupakan pantai yang serba guna untuk melakukan berbagai aktivitas. Mulai dari nongkrong, berjualan, pacaran, olahraga,pagelaran konser musik hingga hanya sekedar numpang lewat untuk melihat sunset saja. Seiring waktu berjalan, wajah pantai Losari mengalami perubahan. Wajah baru telah diresmikan, kini Losari makin menarik dengan monumen huruf yang semakin memperjelas identitasnya sebagai icon Makassar, hal yang sering dikeluhkan pengunjung adalah semakin maraknya pengamen dan pengemis yang dalam melakukan aktivitasnya sering terkesan memaksa.
Sampai kapanpun, Losari akan tetap menjadi magnet yang menarik perhatian untuk dikunjungi apapun bentuk kemasannya. Maka tidak salah jika setiap wisatawan yang berkunjung ke Makassar akan ditanya “Sudah miki’ ke Losari ?”