Mandau, Cermin Ketangguhan Suku Dayak
Suku Dayak kadung tenar memiliki keunikan tersendiri dengan ragam budaya dan adat istiadatnya. Salah satu karya yang menjadi andalan masyarakat Suku Dayak adalah mandau. Selain sebagai senjata tradisional Suku Dayak, mandau juga menjadi simbol pemersatu Suku Dayak mengingat kemajemukan kebudayaan.
Mandau juga memiliki nilai lebih bagi masyarakat suku Dayak yakni sebagai simbol kehormatan dan jati diri bagi siapapun yang memilikinya. Mandau juga mengandung unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat dan perlengkapan upacara.
Kekuatan magis tersebut diperoleh dari proses pembuatanya yang melalui ritual-ritual tertentu. Bahkan sebelum abad ke 20, pembuatan mandau melalui tradisi pangayuan atau pemenggalan kepala lawan. Semakin banyak orang yang di-kayau maka semakin sakti pula mandau tersebut. rambut korban juga biasanya digunakan untuk menghias gagang mandau sebagai tanda roh mereka mendiami mandau tersebut.
Meski demikian, saat ini mandau sudah beralih fungsi. Mandau dapat berupa benda seni, budaya, cinderamata atau sekedar koleksi senjata. Mandau sendiri terdiri dari tiga bagian utama yakni ; Bilah Mandau, Hulu Nandau (Gagang), kumpang (Sarung Mandau).
Bilah Mandau biasanya terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga pipih dan panjang. Sat mata bilah diasah tajam sedangkan sisi lainnya dibiarkan tebal dan tumpul. Besi yang digunakan biasanya berupa besi montallat, matikei, atau besi baja.
Namun konon, dalam kepercayaan masyarakat Suku Dayak, mandau yang baik terbuat dari batu gunung yang dilebur besama besi sehingga kuat dan tajam. Pada bilah mandau juga terdapat hiasan berupa gerigi serta lubang-lubang. Dahulu, lubang-lubang tersebut menandakan jumlah korban yang di-kayau oleh mandau tersebut.
Bagian lain adalah Hulu Mandauatau gagang yang terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaannya diukir dan diberi motif beragam seperti kepala naga, paruh burung, pilin dan kait. Diujungnya terdapat bulu binatang atau rambut manusia yang konon merupakan korban tebasan mandau.
Bagian terakhir adalah Kumpang atau sarung mandau yang terbuat dari lempengan kayu tipis yang dihiasi dengan beragam hiasan seperti manik-manik, tulang berbentuk gelang atau terkadang jimat.
Selain sebagai simbol ketangguhan Suku Dayak, Mandau juga memiliki nilai seni yang tinggi, proses pembuatan yang bernilai tinggi dan mencerminkan nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran jelas mencerminkan kebudayan masyarakat Suku Dayak. Hal tersebut juga sebagai kekayan budaya Dayak yang menjadi bagian dari kekayaan budayaan Indonesia.