Mengenal Sosok WS Rendra
Berbicara mengenai sastra di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari sosok sastrawan populer yang karya-karyanya sudah sangat terkenal bahkan di kalangan mancanegara. Sosok yang begitu ramah dan brilian ini memang telah wafat dua tahun silam. Namun namanya tetap dikenang bersama karya-karyanya yang luar biasa. Dialah Willibrodus Surendra Bawana Rendra atau yang lebih dikenal dengan nama W.S. Rendra
Lahir di Solo pada 7 November 1935, penyair yang dijuluki sebagai ‘Burung Merak’ ini tidak hanya piawai sebagai penyair. Beliau juga terjun dalam dunia pementasan drama. “Kaki Palsu’ adalah drama pertamanya yang dipentaskan ketika ia masih di SMP. Sejak kecil, bakat Rendra memang sudah terlihat. Ia menulis puisi, cerita pendek, dan drama dalam beragam kegiatan sekolahnya.
Tahun 1952 merupakan titik tolak bagi Rendra. Pada tahun tersebut, karya-karya Rendra seperti puisi menghiasi berbagai majalah pada saat itu. Tahun-tahun berikutnya karya Rendra semakin dikenal masyarakat luas. Tidak hanya itu, karya-karya Rendra juga dikenal di mancanegara. banyak diantaranya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, India.
Langkahnya di kancah internasional juga dijalaninya dengan aktif mengikuti beragam festival di luar negeri seperti The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival of The Arts (1988), Spleto Festival, Melbourne, Vagath World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992) dan Tokyo Festival (1995).
Merasa nyaman dengan dunia sastra, Rendra memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika. Berbekal beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Menyadari harus ada sesuatu yang ia bawa dari hasil menimba ilmunya di luar negeri. Pada tahun 1967, sepulang ia dari Amerika Serikat ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta tahun 1961. Grup teater tersebut memberikan suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Bengkel Teater sendiri masih berdiri dan menjadi salah satu sentral perkembangan teater di tanah air.
Rendra juga sangat berjasa dalam memperkenalkan karya sastra Indonesia. Salah satu sajaknya yang berjudul ‘Mencari Bapak’ pernah dibacakann pada acara peringatan Hari Ulang Tahun ke 118 Mahatma Gandhi pada 2 Oktober 1987.
Karya-karya Rendra juga dikenal kritis akan pemerintah saat itu. Pada tahun 1977 ketika sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya yang berjudul ‘Yang Muda Yang Bercinta’ ia dicekal oleh pemerintah Orde Baru. Semua penampilannya di publik dilarang keras pada saat itu, meski demikian ia tetep menghasilkan karya-karya yang brilian seperti buku drama remaja berjudul ‘Seni Drama Untuk Remaja.
W.S. Rendra adalah salah satu aset yang pernah dimiliki Indonesia. Karya-karyanya yang memberikan warna baru bagi dunia kesusastraan di tanah air membuat ia begitu dikenang. Meskipun sosoknya sudah tiada, semangat dan kecintaannya terhadap dunia sastra masih dapat dirasakan hingga saat ini melalui karya-karyanya. Indonesia patut berbangga memiliki seorang W.S. Rendra.
Comments
syair2nya yg sarat akan kritikan menjadikan maestro ini kaya akan pemikiran maju…
11 months ago