Mengenang Agresi Militer Belanda di Museum Brawijaya
Merdeka atau mati, ya itulah kata-kata yang menjadikan bangsa ini menjadi bersatu melawan penjajahan. Daerah-daerah yang kala itu masih belum berkembang menjadi pusat penjajahan bangsa lain. Belanda menjajah negeri ini selama 3,5 abad, sungguh angka yang sangat lama untuk sebuah kebebasan. Jepang menjajah kita selama 3,5 tahun yang sesungguhnya menjadi cikal bakal pergolakan menuju kemerdekaan Indonesia.
Kala itu Belanda sempat melakukan agresi militernya di tahun 50 an, tak hanya sekali tetapi agresi itu dilakukan dua kali. Rakyat Indonesia yang pada waktu itu masih hidup dalam kesederhanaan mampu untuk bersatu melawan penjajah demi satu tujuan yakni kemerdekaan. Inilah yang menjadi asal usul berdirinya Museum Brawijaya Malang. Museum ini didirikan untuk mengenang segal pergolakan rakyat ketika melawan Belanda dalam agresi militernya.
Museum Brawijaya terletak di pusat Kota Malang, tepatnya berada di daerah yang dulunya menjadi sentral pembangunan masa Belanda yakni Jalan Ijen Malang. Tak hayal sampai sekarang pun kawasan ini masih kental dengan nuansa Belanda, mulai dari bangunan rumah sampai pada system tata kota. Museum Brawijaya dibangun atas prakarsa oleh brigjen TNI (Purn) Soerachman Pengdam VIII/BRW Tahun 1959 – 1962 dengan motto “CITRA UTHA PANA CAKRA (cahaya yang membangkitkan semangat)”. Ketika kita memasuki area museum, semangat patriotisme akan bertambah tinggi demi nusa dan bangsa.
Koleksi yang ada di MuseumBrawijaya masih terawat dengan baik, walaupun barang peninggalannya sudah berumur tua. Di depan museum itu dipajang koleksi Tank yang digunakan pada pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Kemudian ada senjata penangkis Serangan Udara yang disita oleh BKR pada September 1945 dari tangan Tentara Jepang. Meriam Cannon 3,5 Inch yang diberi nama Si Buang disita oleh TKR di Desa Gethering Gresik dari Tentara Belanda pada 10 Desember 1945. Kemudian Tank AMP-TRACK yang digunakan dalam pertempuran pejuang TRIP.
Koleksi yang paling menyimak perhatian adalah gerbong maut, gerbong ini merupakan kereta barang yang digunakan untuk mengangkut 100 Pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya dalam keadaan pintu tertutup rapat dan tanpa ada lubang angin, dank ala itu menewaskan hampir seluruh penumpang dan menyisakan 12 orang selamat. Begitu tinggi semangat para pejuang kemerdekaan kita hingga nafas terakhir menjadi taruhannya. Pemerintah daerah setempat juga membangun makam pahlawan yang berada disekitar daerah museum.
Koleksi foto juga menjadi barang yang terawat di museum ini. Foto tersebut memperlihatkan kondisi pejuang saat melawan penjajahan Belanda, serta dokumentasi Kota Malang pada jaman dahulu. Semoga dengan adanya museum ini, semangat generasi muda untuk selalu membangun bangsa semakin tinggi berkobar, paling tidak yakni merawat keberadaan museum dengan baik karena sesuai semboyan Bung Karno kala itu “JASMERAH” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.