Menikmati Senja di Teluk Kiluan
Indonesia merupakan negeri dimana surga bersemayam di dalam setiap pelosoknya. Hamparan keindahan yang nyaris luput dari pandangan kita seolah mengaburkan keagungan pesona alam budaya yang sangat mungkin memiliki bakat potensi pariwisata terpendam jika mampu dikelola dengan sangat baik. Seperti gugusan pantai yang terletak di kawasan Teluk Kiluan, atau sekitar 80 Km dari kota Bandar Lampung.
Membutuhkan waktu selama kurang lebih enam jam perjalanan darat untuk sampai menuju tepian Ekowisata Teluk Kiluan. Di mulai dari Pelabuhan Bakauheni melewati jalur lintas timur Sumatera, rutenya adalah menuju Pelabuhan Panjang, lalu berbelok ke arah Lempasing untuk selanjutnya bertemu dengan desa Mutun. Berhati-hatilah karena kondisi jalanan yang tidak sepenuhnya berlapiskan aspal, dengan tanjakan atau turunan curam yang berkelok dan beberapa jurang di sisi jalan.
Untuk mencapai bibir pantai Teluk Kiluan memang dibutuhkan perjalanan yang santai serta tidak terburu-buru. Karena dengan kondisi jalan yang sedikit ekstrim, Anda akan disuguhkan oleh pemandangan alam khas pegunungan yang luar biasa indah. Belum lagi keanekaragaman suku ‘keturunan’ serta adat istiadat yang hidup rukun berdampingan seperti suku Bali, Sunda, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, serta penduduk asli yang turut menghiasi beberapa dusun di sepanjang perjalanan, yang masing-masing memiliki wilayahnya sendiri serta saling berdekatan.
Bagi Anda yang menggemari hobi fotografi persiapkan kamera selalu dengan posisi siap jepret, karena Anda akan sewaktu-waktu disuguhkan oleh objek atau momen tidak terduga yang layak untuk diabadikan, sayang jika dilewatkan begitu saja sepanjang perjalanan. Jika Anda menggemari foto-foto dengan tema landscape, maka membawa kamera sendiri (baik pocket atau SLR) adalah sebuah keharusan!.
Setelah melewati gugusan tebing yang menakjubkan, akhirnya perjalanan memasuki sebuah desa yang memiliki nama cukup unik, yaitu desa Bawang. Di sini Anda akan menikmati sebuah perkampungan Bali, dimana nuansa kehidupan yang terlihat sama persis seperti yang Anda temui di Pulau Dewata. Dan dari desa Bawang ini, maka perjalanan Anda menuju Teluk Kiluan akan segera berujung di tepian pantai Teluk Kiluan yang menakjubkan.
Jika Anda tiba pada sore hari, maka Anda akan dapat menikmati pemanadangan yang luar biasa indah. Hamparan laut yang berwarna biru seakan menyadarkan keterbatasan mata kita. Sinar matahari yang mulai meredup pun memancarkan semburat berwarna kemerahan, atau yang lebih dikenal dengan istilah senja. Setelah cukup bersantai sejenak menikmati semenanjung pantai, Anda dapat mulai beristirahat agar esok pagi perburuan mencari Lumba-lumba tidak terlewatkan.
Jika ingin menikmati Lumba-lumba yang memang menjadi daya tarik Teluk Kiluan, Anda disarankan untuk berangkat sejak jam 6 pagi. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhkan oleh berbagai macam spesies ikan serta binatang laut yang dapat kita lihat dengan mata telanjang. Jika beruntung, dengan berlayar sekitar setengah jam menuju laut lepas di perairan Samudera Hindia, maka Anda dapat melihat Lumba-lumba yang melompat-lompat disekitar Jukung (perahu nelayan berukuran kecil) yang menjadi alat transportasi penduduk setempat.
Jangan tanyakan Teluk Kiluan kepada rekan Anda, karena memang mungkin kebanyakan dari orang Indonesia (bahkan penduduk kota Lampung) sekalipun tidak mengetahui keberadaannya. Menurut penuturan warga setempat, yang lebih sering berkunjung ke sana itu justru orang ‘bule’ dibanding pribumi. Ini masuk akal, mengingat biaya akomodasi liburan domestik biasanya lebih mahal jika dibandingkan dengan jalan-jalan ke luar negeri. Namun, semoga pesona Teluk Kiluan mampu menyadarkan kita semua, betapa potensi pariwisata Indonesia sangat beragam dan banyak yang masih belum terjamah.
Penulis: Putro