Orangutan, Warisan Indonesia
Satu fakta menarik jika membahas soal Indonesia dari segi budaya adalah negara ini tidak pernah kehabisan cerita soal warisan budaya yang dimilikinya. Mungkin tak salah jika banyak wisatawan asing yang pernah datang ke Indonesia mengatakan bahwa negara ini terbentuk dari gen-gen budaya yang mengakar sangat kuat diantara masyarakatnya. Bahkan, tak hanya “mewariskan” budaya, negara yang terkenal akan keramahan perilaku masyarakatnya kini sudah mampu “melahirkan” budaya baru yang kerapkali menimbulkan decak kagum.
Bahasa, upacara adat, kebiasaan, kesenian, makanan, bahkan hingga spesies hewan pun, dunia mengakui bahwa Indonesia selalu berada pada level unik dan menarik. Mungkin masih segar dalam ingatan bagaimana Pulau Komodo kini tengah menjadi isu universal untuk ditasbihkan sebagai salah satu keajaiban dunia. Coba lihat bagaimana dunia sangat memperhatikan Harimau Sumatera, Badak Jawa, Komodo, Burung Merak, Rusa Bawean, dan Orangutan sebagai salah satu hewan yang keberadaannya semakin langka. Coba lihat bagaimana Discovery Channel dan National Geograpfic berulang kali menayangkan betapa pentingnya menjaga populasi binatang-binatang tersebut.
Sayangnya, hewan terakhir yang disebutkan pada paragraf di atas kini seolah tenggelam dari perhatian kita, masyarakat Indonesia. Padahal, primata yang memiliki kekerabatan dekat dengan manusia ini tengah mengalami penurunan populasi yang cukup signifikan. Semakin menipisnya habitat karena pembukaan lahan komersil dan perburuan serta perdagangan Orangutan, termasuk untuk diselundupkan ke luar negeri, menjadi faktor utama hewan yang memiliki kemiripan DNA 96% dengan manusia ini populasinya semakin menurun.
Orangutan atau biasa juga dipanggil “Mawas”, adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat. Mereka hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Istilah Orangutan itu sendiri diambil dari bahasa Melayu yang berarti “manusia hutan”. Orangutan mencakup dua spesies, yaitu Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus).
Orangutan memiliki lengan yang kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, tapi tidak mempunyai ekor. Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25 – 1.5 meter. Berat Orangutan jantan bisa mencapai 90 kg, sedangkan untuk betina 50 kg. Layaknya manusia, Orangutan mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.
Orangutan biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Mereka dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, sampai ke hutan pegunungan. Di Kalimantan, Orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Khusus untuk Orangutan Sumatera, mereka adalah hewan endemis yang hanya ada di Sumatera. Keberadaan hewan ini dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk memperkirakan jumlah populasi yang tepat. Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatera dan Kalimantan, di wilayah Asia Tenggara. Di Kalimantan, populasi Orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu. Di Sumatera, jumlahnya diperkirakan sekitar 7.500 individu.
Namun populasi tersebut semakin menurun dalam beberapa dekade terakhir akibat kurangnya hutan-hutan dataran rendah dan disinyalir jumlah penurunan populasinya cenderung semakin cepat. Sementara itu, perubahan iklim di masa mendatang diperkirakan akan menjadi ancaman serius terhadap konservasi Orangutan di Indonesia.
Mari selamatkan populasi Orangutan di Indonesia sebagai salah satu warisan keanekaragaman hayati bangsa ini. Mari bantu pemerintah melestarikan hewan ini sebagai aset penting dunia dalam menjaga keseimbangan ekosistem dunia. Mari membuka mata bahwa Indonesia memiliki posisi yang sangat penting dalam konservasi Orangutan di dunia. Save Orangutans!