Sang Penyembur Api Dari Jombang
Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam, Indonesia memiliki tradisi keagamaan yang begitu kental. Yang paling terasa adalah perayaan hari raya Idul Fitri, hari kemenangan bagi umat Islam setelah berpuasa melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan. Pada malam terakhir di bulan Ramadhan, umat mengumandangkan asma Allah sebagai tanda bahwa bulan puasa telah berakhir. Bedug ditabuh bertalu-talu dengan penuh semangat. Di Masjid, surau, bahkan di jalan semua mengagungkan nama-Nya.
Kalau di kota mungkin sudah dilarang berpawai turun ke jalanan, tetapi di Jombang-Jawa Timur, tradisi keliling kampung tetap ada. Tua muda berpawai membawa obor yang terbuat dari bambu, dengan isian minyak tanah yang disumpal ujungnya dengan kain. Kami menyebutnya oncor. Yang lebih unik lagi, tidak sekedar berjalan kaki, beberapa pemuda mengerahkan traktor. Benar, alat pembajak sawah itu ditunggangi selama keliling kampung.
Hal yang paling menarik perhatian adalah sang penyembur api. Anak-anak ini menggunakan mulutnya sebagai penampung minyak tanah. Kemudian mereka akan menyemprotkannya kuat-kuat di dekat obor sampai timbul bunga api yang sangat besar. Tentu saja nyala apinya menjadi tontonan dan mengundang tepuk tangan yang meriah. Risiko terbakar sangat mungkin terjadi. Karenanya setelah menyemprotkan minyak dari mulutnya, obor akan segera ditarik jauh-jauh. Untuk yang bulum ahli, jangan mencobanya di rumah tanpa latihan khusus.
Sementara sang penyembur api beraksi, takbiran keliling terus berlanjut. Traktor terus dijalankan. Anak-anak, muda mudi, dan orang tua tetap berpawai obor keliling kampung. Malam harinya dilanjutkan takbiran di Masjid, mengakbarkan nama-Nya sampai kemenangan tiba esok harinya.