Suntiang, Mahkota Wanita Minang
Kemajemukan suku dan adat di Indonesia membuat bumi pertiwi kaya akan budaya, tradisi dan adat istiadat yang biasanya mengikuti siklus kehidupan masyarakatnya. Kelahiran, kematian hingga pernikahan. Salah satu yang menarik dalam tradisi pernikahan di nusantara adalah pernikahan dari dalam adat Minang. Bukan adat istiadatnya yang juga kaya akan kebudayaan. Melainkan mahkota yang selalu dipakai oleh pengantin wanita yang membuatnya begitu anggun.
Adalah suntinang, yang merupakan hiasan kepala pengantin perempuan Minangkabau. Hiasan besar berwarna keemasan tersebut dipakai lengkap dengan baju pernikahan tradisional yakni baju kuruang. Suntiang sendiri pada dasarnya terbagi atas dua jenis yakni suntiang gadang yang biasa dipakai oleh pengantin perempuan dan suntiang ketek atau pasumandan yang dipakai oleh pendamping pengantin.
Pada umumnya, suntiang terdiri dari empat lapis hiasan. Lapisan paling bawah adalah deretan bungo sarunai (3-5 lapis) yang menjadi dasar bagi suntiang. Selanjutnya adalah lapisan bunga gadang sebanyak 3-5 lapis. Lapisan yang jatuh di pipi kanan kiri pengantin minang merupakan lapisan kote-kote. Sedangkan yang paling atas adalah kambang goyang.
Bentuk suntiang biasanya setengah lingkaran, namun ada pula beragam bentuk sesuai daerah masing-masing diantaranya adalah suntiang Sungayang (Tanah Datar), suntiang Kurai (Bukit Tinggi), Suntiang Pariaman, serta suntiang Solok Selatan. Tingkatan suntiang sendiri beragam biasanya berjumlah ganjil dimulai dari tujuh hingga sebelas tingkatan.
Banyaknya hiasan serta materi yang terbuat dari bersi dan alumunium atau bahkan emas membuat berat suntiang bisa mencapai 3- 5 kilogram. Mahkota seberat itu, harus dikenakan di kepala selama pesta pernikahan berlangsung. Oleh karena itu banyak yang mengatakan bahwa mengenakan suntiang pada hari pernikahan merupakan perjuangan tersendiri bagi para perempuan Minang.
Meskipun berat dan penuh perjuangan dalam menggunakannya, para perempuan Minang tetap memilih untuk menggunakan suntiang di hari pernikahan mereka. Selain sebagai bentuk dari perjuangan akan tradisi serta adat istiadat. Mengenakan suntiang di hari pernikahan merupakan kebanggaan tersendiri karena suntiang merupakan mahkota setiap wanita Minangkabau.