Telkomsel Sebar BTS Hijau Ramah Lingkungan
Menyadari keterbatasan sumber energi dan mencermati tren penggunaan energi alternatif, tren teknologi dunia, serta perlunya kesadaran bersama untuk ikut melestarikan alam, Telkomsel terus mencari terobosan penerapan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, terutama dalam pembangunan perangkat jaringan. Dalam hal ini, Telkomsel mengembangkan solusi base transceiver station (BTS) yang memanfaatkan sumber energi alternatif dan teknologi ramah lingkungan yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
Hingga akhir tahun 2010, Telkomsel telah mengoperasikan lebih dari 2.200 BTS Hijau yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. BTS-BTS Hijau tersebut terdiri dari 2 kategori, yakni:
- BTS yang memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif ramah lingkungan untuk menghasilkan tenaga listrik bagi BTS
- BTS yang mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan dari sisi konsumsi listrik dan estetika lingkungan
Sumber-sumber energi alternatif ramah lingkungan
Penggunaan sumber energi alternatif kini menjadi salah satu upaya yang dilakukan operator selular untuk menjamin ketersediaan power supply yang dibutuhkan untuk mengoperasikan BTS. Langkah ini diambil untuk memperoleh solusi atas berbagai kendala power supply yang dihadapi, seperti: tidak tersedianya sumber energi listrik di suatu daerah, lokasi pengisian bahan bakar generator yang sulit diakses, dan kelangkaan bahan bakar yang tidak dapat diprediksi. Terlebih lagi biaya sumber energi alternatif kini murah sehingga mendorong penggunaan green energy yang ramah lingkungan.
Telkomsel terus melakukan riset dan pengembangan penggunaan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai upaya menjaga kinerja pelayanan dan kinerja perusahaan ke depan. Sumber energi alternatif yang telah digunakan Telkomsel adalah tenaga matahari (solar cell). 164 BTS solar cell Telkomsel tersebar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, yakni Sumatera (78 BTS), Jawa (7 BTS), Bali Nusa Tenggara (23 BTS), Kalimantan (34 BTS), dan Sulawesi Maluku Papua (22 BTS). Keseluruhan BTS tersebut memperoleh sumber energi ramah lingkungan sesuai dengan standar Telkomsel yang biasa digunakan di industri telekomunikasi selular, yakni sekitar 0,115 MegaWatt atau hampir setara dengan 100 genset konvensional berkapasitas 20 kVA.
Di samping menggunakan solar cell, Telkomsel juga mengimplementasikan teknologi fuel cell yang memanfaatkan bahan bakar hidrogen di 11 BTS di wilayah Sumatera. Keunggulan penerapan sumber energi alternatif fuel cell, antara lain: tidak bising karena tidak terdapat komponen bergerak, tidak polutan (tidak beracun dan tidak berbau) karena zat buangan yang ditimbulkan adalah H2O alias unsur air, dan memiliki efisiensi proses yang jauh lebih baik dibanding dengan sistem konvensional.
Untuk mengoperasikan BTS di wilayah yang kesulitan mendapatkan tenaga matahari, Telkomsel mengembangkan BTS Mikro Hidro yang memanfaatkan aliran air sungai untuk menghasilkan tenaga listrik. Kehadiran BTS Mikro Hidro berperan penting dalam membuka wilayah terisolasi, menciptakan lapangan pekerjaan baru (misalnya sebagai pedagang isi ulang pulsa), serta memberikan alternatif energi ramah lingkungan yang manfaatnya bisa langsung dirasakan warga sekitar, di mana pasokan listrik yang dihasilkan BTS dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja sehari-hari, terutama di malam hari. Saat ini Telkomsel memiliki 2 BTS Mikro Hidro yang terdapat di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Telkomsel menghadirkan solusi yang tepat dalam hal penyediaan sarana telekomunikasi beserta power supply-nya, sehingga seluruh masyarakat hingga pelosok dapat menikmati sarana komunikasi dan terbebas dari keterisolasian. Pemanfaatan sumber energi alternatif ramah lingkungan ini juga sekaligus merupakan bentuk dukungan Telkomsel terhadap imbauan pemerintah untuk melakukan efisiensi penggunaan listrik yang kini terasa semakin langka. Ke depannya Telkomsel akan mengembangkan BTS dengan sumber energi alternatif lainnya yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia, seperti BTS yang memanfaatkan bahan bakar organik (biofuel).
Teknologi ramah lingkungan
Dalam upaya mendukung terciptanya lingkungan yang lebih asri, Telkomsel menerapkan solusi teknologi ramah lingkungan pada perangkat jaringan. Berbagai upaya dilakukan, baik dari sisi penghematan konsumsi listrik maupun estetika lingkungan.
Melakukan modernisasi perangkat dengan menerapkan sistem low power consumption menjadi salah satu solusi yang dikedepankan untuk menghemat konsumsi listrik. Implementasi sistem ini meliputi penerapan solusi intelligent power management untuk BTS-BTS baru dan memanfaatkan teknologi fiber optic sebagai saluran transmisi ke antena BTS.
Penerapan sistem ini menghasilkan penghematan konsumsi listrik yang sangat signifikan, di mana kebutuhan listrik untuk 1 BTS yang biasanya 4.000 watt bisa ditekan menjadi 1.000 watt atau lebih hemat hingga 75 persen. Solusi ini juga mampu menurunkan kebutuhan tegangan listrik pada BTS, di mana biasanya tegangan yang dibutuhkan rata-rata 16 kVA untuk setiap BTS, kini bisa dihemat hingga 50 persen menjadi sekitar 8 kVA.
Telkomsel telah megimplementasikan solusi green technology ini pada sekitar 2.000 BTS yang terdapat di Jabotabek (900 BTS), Semarang (300 BTS), Solo (250 BTS), Yogyakarta (250 BTS), dan Lampung (300 BTS).
Dari sisi estetika lingkungan, Telkomsel mengimplementasikan solusi BTS yang mendukung keasrian lingkungan melalui proyek Hotel BTS dengan melakukan penempatan beberapa BTS yang memanfaatkan teknologi fiber optic di satu lokasi. Solusi ini diterapkan untuk mengurangi jumlah menara BTS yang cukup memakan ruang di suatu wilayah. Saat ini terdapat 10 lokasi Hotel BTS, yakni 8 titik di Jakarta dan 2 titik di Denpasar.
Di samping Hotel BTS, Telkomsel juga mengembangkan inovasi antena kamuflase (towerless). Solusi ini memungkinkan antena BTS dipasang di berbagai fasilitas umum yang disamarkan, seperti di menara masjid, pohon, tiang lampu, tangki air, dan sebagainya. Kini sekitar 50 titik di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya telah memanfaatkan solusi towerless ini.