Mengabadikan Kearifan Leluhur Melalui Rumah Kejang Langko
Seni budaya Indonesia memang tidak sekedar indah. Dibalik pesona karya seni dan budaya, terdapat makna dan nilai luhur yang menjadi nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Pesan yang disampaikan oleh para leluhur tersebut tidak lain sebagai warisan demi menjaga keharmonisan hidup di bumi nusantara.
Salah satu makna luhur tersebut juga tercermin dari sebuah karya di tanah Sumatera melalui Rumah Panggung Kejang Lako. Rumah adat masyarakat Jambi ini merupakan tempat tinggal asli dari masyarakat Marga Bathin, sebuah suku di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan. Masyarakat ini memang masing memegang teguh nilai-nilai luhur kebudayaan nenek moyang.
Rumah lako dibangun dengan tipologi rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Biasanya bangunan ini berukuran 9 m x 12 m dengan berbahan dasar kayu ulim. Uniknya, untuk merangkai kayu-kayu tersebut masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional seperti tumpuan, sambung kait, serta pengait dengan pasak.
Pada rumah kejang langko juga terdapat konstruksi dan ukiran yang cukup unik. Pada bagian atap atau bubungan dibuat seperti perahu dengan ujung bagian atas melengkung yang biasa disebut lipat kejang atau poting jerambah. Selain itu terdapat juga Kasau Bentuk yakni atap bagian atas yang berfungsi untuk mencegah air hujan agar tidak masuk kerumah.
Terdapat pula bagian yang dinamakan Tebar layar yang berfungsi sebagai dinding penutup ruang atas yang menahan rembesan air hujan. Terdapat pula Pelamban yakni bagian bangunan yang digunakan untuk ruangan tunggu bagi tamu yang datang sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah. Dinding rumah pun dibuat dari papan yang diukir yang biasa disebut masinding.
Rumah Kejang Lako biasanya memiliki tiang sebanyak 30 buah. 24 tiang utama dan 6 tiang pelamban. Tiang utama panjangnya 4,25 m yang berfungsi sebagai tonggak untuk menopang kerangka bangunan. Selain itu, tiang ini juga menjadi pemisah antara satu ruang dengan ruangan lainnya.
Sebagai bangunan tradisional, rumah Kejang Langko juga tak luput dari keindahan seni ukir yang menjadi motif pada setiap sudut bangunan rumah. Motif-motif yang ditampilkan biasanya terinspirasi dari ragam flora dan fauna khas Jambi seperti motif bungo tanjung, tampuk manggis, bungo jeruk dan lain-lain. Sementara untuk motif fauna biasanya hanya menggunakan motif ikan.
Motif-motif dengan nilai seni tinggi ini diaplikasikan di setiap sudut bangunan rumah seperti pada bagian atas pintu, bagian luar, jendela, pintu, dan lain-lain. Setiap motif pun memiliki makna budaya dan kesenian tersendiri yang telah diturunkan dari tahun ke tahun.
Nilai keteguhan, kedamaian, keberanian jelas tercermin pada setiap motif yang ada di tiap sudut Rumah Kejang Langko. Demi menjaga keberlangsungan rumah adat ini, Pemerintah Provinsi Jambi juga menetapkan bangunan ini sebagai rumah adat dan diadopsi kepada setiap bangunan-bangunan vital seperti kantor pemerintahan, museum dan lain-lain. Sebagai warisan seni budaya Indonesia, Rumah Kejang Langko memang patut dilestarikan demi menjaga nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Comments
memang dari segi adat, tiap suku memiliki tradisi rumah yang unik dan berbeda dari perspektif fungsi sampai cara..
8 months ago