Mengenang Nortier Simanungkalit: Sang Maestro Hymne dan Mars
Anda masih ingat nada lagu Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) 1984 dan 1988 yang menjadi salah satu penanda jaman “indah”nya hidup di era 80-an? Jika masih ingat, apakah anda tahu siapa sosok cerdas di balik aransemen lagu “kenangan” tersebut. Yaa, beliau adalah Nortier Simanungkalit sang maestro hymne dan mars di Indonesia.
Komponis lulusan Pedagogi UGM di sepanjang hidupnya, telah menciptakan lebih dari 150 buah lagu yang seluruhnya berjenis mars dan hymne. Maestro musik kelahiran Tarutung, 17 Desember 1929 yang juga mantan Komandan Tentara Pelajar Sub Teritorial VII Sumatera Utara ini menekuni musik sejak berusia remaja. Karya pertamanya adalah sebuah lagu seriosa yang berjudul “Sekuntum Bunga”. Sebanyak 268 komposisi telah dihasilkan oleh mantan anggota MPR RI periode 1987-1992 ini.
Karya2 beliau pun tak hanya mendapatkan apresiasi dari Pemerintah nasional namun hingga ke kancah dunia internasional, sebagai contoh pada tahun 1999, beliau mendapatkan medali jenis Special Recognition dari Palang Merah AS atas keberhasilannya menciptakan himne khusus untuk Palang Merah negeri Paman Sam tersebut. Jauh sebelum itu, beliau juga mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional dengan menjadi anggota kehormatan dalam International Music Council UNESCO, selama periode 1968-1981. Pada tahun 1972, beliau pernah menjadi juri dalam Festival Paduan Suara Mahasiswa Internasional di AS atas undangan Richard Nixon, Presiden AS kala itu.
Ada yang tak biasa dari seorang maestro satu ini, Bila biasanya seorang komposer membangun sebuah komposisi melalui alat musik yang dikuasainya, namun itu tak berlaku bagi komponis Mars Pemilu 2004 ini. Beliau lebih sering membayangkannya terlebih dulu, lalu mencoba merangkaikan nada-nada yang terlintas di atas kepala tersebut untuk dituangkannya dalam bentuk tulisan di atas kertas, kemudian untuk mendapatkan harmonisasi nya barulah beliau menggunakan jasa seorang pianis.
Dalam menciptakan sebuah lirik, beliau selalu memperhatikan keselarasan, dan filosofis yang terkandung di dalamnya. Melodi, harmoni, ritme dan timbre adalah unsur-unsur penting yang harus ada dalam setiap ciptaannya sehingga ciptaan itu dapat menjadi sebuah karya abadi yang dapat dikenang sepanjang masa. Dan, kisah manusia dengan segala kiprahnya tak ada yang kekal, komposer dari Hymne SEA GAMES tahun 1979 ini harus pergi selama2nya menghadap Sang Pemilik Hidup pada Hari Musik Nasional, 9 Maret 2012, pukul 14.40 di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, pada usia 82 tahun.
Comments
Wah, ternyata indonesia punya maestro musik hymne dan mars bertaraf internasional sehebat beliau ini ya. Selain hebat juga tampaknya rasa nasionalisme beliau juga tinggi dilihat dari pengalamannya pernah menjadi komandan pasukan TRIP sumut dimasa perjuangan kemerdekaan RI.. HEBAT!! Salut untuk prestasi beliau, turut bangga bahwa putra Indonesia karyanya diakui oleh publik internasional. Ulasan yg sangat berguna untuk generasi muda Indonesia, sehingga kita (khususnya saya) jadi tahu ttg beliau dan terpacu utk berbuat yang terbaik di bidang kita masing2 sebagai upaya meneladani pak Nortier Simanungkalit Brava mas Dhahana !!!
3 months agoTerima kasih atas support dan apresiasinya mbak Poppy…
3 months agoini mrupakan cikal bakal modernisasi senam pendidikan smpai skrg muncul versi pembaruannya
3 months agoTerima kasih atas apresiasinya…tunggu tulisan2 saya berikutnya yaa…(tentu saja atas ijin admin www.palingindonesia.com) hehehe…
3 months agoJadi ingat waktu SKJ sama teman-teman di SD
2 months ago